Pada tahun ini, perusahaan raksasa China bahkan memasang target bisa mengakuisisi sedikitnya 1.000 perusahaan asing. Kelompok pebisnis China serasa tidak puas dengan rekor akuisisi 598 perusahaan asing pada tahun lalu. Kini mereka bekerja ekstra keras untuk mencengkeram ekonomi global. Pada kuartal pertama 2016, China berhasil mencatat sejarah memukau. Hampir seperenam akuisisi dan merger perusahaan asing di dunia dilakukan perusahaan-perusahaan asal China.
Teranyar, perusahaan ritel elektronik China Suning Commerce Group Co Ltd membeli 70 persen saham klub sepak bola Italia Inter Milan senilai 270 juta euro (setara Rp4,09 triliun), Selasa 7 April 2016. Tren akuisisi di sektor olahraga juga meningkat setelah Wanda Group membeli saham Atletico Madrid sebesar 20 persen pada tahun ini. Pengamat senior bidang ekonomi dari The Conference Board Abdul Erumban mengatakan jumlah akuisisi perusahaan China di AS diperkirakan lebih tinggi pada tahun ini kendati dihalangi berbagai retorika politik.
Pergerakan China menuju dunia global merupakan bagian dari strategi mereka untuk menjaga pertumbuhan ekonomi. “Para korporat China mengeksplorasi berbagai kemungkinan untuk meningkatkan pendapatan tahunan mereka. Salah satunya dengan melakukan investasi di luar negeri mengingat ekonomi China sempat melambat,†ujar Abdul seperti dikutip VOA.
Berdasarkan laporan Dealogic, perusahaan China menghabiskan anggaran hingga USD110,8 miliar untuk mengakuisisi perusahaan asing pada tahun ini. Jumlahnya melampaui dana akuisisi pada tahun lalu senilai USD106,8 miliar dan tiga kali lipat dari 2014. Angka itu terus meningkat menyusul tingginya aktivitas akuisisi China. Dengan sikap yang agresif, China berpotensi menjadi negara pengakuisisi terbesar di dunia mengalahkan AS yang selalu mendominasi sejak 2007.
Sejauh ini perusahaan China telah berhasil menandatangani hampir 20 kesepakatan. Transaksi dengan perusahaan AS kini mencapai USD31,3 miliar, naik USD3,8 miliar dari tahun 2015. Pemerintah China juga mendorong para pebisnis mengembangkan kepemilikan saham di berbagai sektor di luar negeri kendati pertumbuhan ekonomi domestik sempat melambat. China National Chemical Corp (ChemChina) menjadi sorotan internasional karena mengakuisisi perusahaan Swiss Syngenta senilai USD43 miliar pada Februari lalu.
Rekor itu melampaui aksi CNOOC yang mengakuisisi perusahaan Kanada Nexen senilai USD15,2 miliar pada 2013, Chinalco yang mengakuisisi perusahaan Australia Rio Tinto senilai USD14,3 miliar pada 2008, dan China Cinda Asset Management yang mengakuisisi Bank Hong Kong Nanyang Commercial senilai USD8,8 miliar pada 2015. Peluang kerja sama baru antara perusahaan China dan perusahaan asing pun sangat besar. Ini terjadi karena China akan memperlonggar regulasi yang biasa mengikat kuat dalam kesepakatan fantastis.
Pada tahun ini, sebanyak 15 kesepakatan senilai USD24 miliar dibatalkan karena berbagai alasan. Salah satunya karena adanya aturan yang rumit. Dalam dua tahun ini, perusahaan China menghabiskan dana USD55 miliar untuk memuluskan akuisisi dan merger. Nilainya hampir separuh dari total akuisisi tahunan China pada 2015 senilai USD118 miliar. Pada tahun lalu, perusahaan China mengakuisisi 25 perusahaan AS dan Kanada, lebih banyak 21 perusahaan dari 2014.
Wakil Direktur Freeman Chair China Studies dari Center for Strategic & International Studies Scott Kennedy mengatakan, Pemerintah China sangat mendukung investasi di luar negeri sebagai bagian dari sektor strategis. “Area itu biasanya menyasar bagian strategis di mana teknologi domestik China masih lemah,†tandas Kennedy. Institut Mercator, Inggris, juga pernah mengungkapkan bahwa investasi asing merupakan kendaraan kebijakan luar negeri China sejak awal zaman modern.
Mereka secara aktif terlibat dalam kampanye superaktif demi menunjukkan China sebagai negara adidaya. Saat ini China juga semakin giat mengakuisisi perusahaan raksasa di AS dan Eropa. Pada pertengahan Maret lalu, Starwood Hotels and Resort siap diakuisisi perusahaan asuransi China, Anbang, senilai USD14,3 miliar. Namun Marriott mencobamasukdanmenggoyahkan kesepakatan itu. Jika Anbang berhasil memenangi persaingan, kesepakatan itu akan menjadi akuisisi terbesar China di AS di sepanjang sejarah.
Seperti dilansir Fortune, rekor itu dipegang Shuanghui International yang mengakuisisi Smithfield Foods senilai USD7,1 miliar pada 2013. Pemerintah AS mengaku prihatin dengan beberapa akuisisi China di sejumlah sektor, terutama Syngenta. “Potensi dampak keamanan nasional jadi diragukan,†kata Senator AS Chuck Grassley seperti dilansir Financial Times. Sebanyak 45 Senator AS menulis surat kecemasan terhadap Investasi Teasury Department Committee on Foreign Investment(CFIUS) AS mengenai rencana akuisisi China terhadap Bursa Saham Chicago.
Menurut Kennedy, China memanfaatkan berbagai peluang dan bergerak secara leluasa untuk lebih bisa berkembang di luar negeri. “Saya ragu bahwa AS mencoba memblokade investasi China hanya karena alasan politik atau hanya untuk melindungi perusahaan Amerika,†ujarnya. “Sebagian besar investasi China tembus menuju AS tanpa perlu adanya kajian kebijakan kompetisi atau keprihatinan terhadap keamanan nasional. Perlakuan terhadap China sama,†tambahnya.
Pernyataan Kennedy bukan tanpa alasan. Perusahaan China sudah berhasil mengakuisisi berbagai perusahaan besar AS. Salah satunya General Electric (GE). “Pemikiran dasar yang ditanamkan di China ialah mendorong para pebisnis mencetak uang di luar negeri dan membawanya pulang ke dalam negeri,†tandas Kepala China Policy David Kelly.
Aktivitas investasi China di Eropa juga tinggi. Berdasarkan data Institut Mercator dan Rhodium Group, China sukses menanamkan modal 20 miliar euro pada 2015. Modal ini meningkat 6 miliar euro bila dibandingkan dengan setahun sebelumnya. Sekira 44 persen akuisisi itu dilakukan Chem China yang membeli Pirelli dan Shanghai Jin Jiang yang membeli Louvre.
http://economy.okezone.com/read/2016/06/09/320/1410613/terpopuler-china-kian-berambisi-kuasai-ekonomi-global
Sumber : OKEZONE.COM